Senin, 23 Juni 2025

BERSEPEDA Sekaligus Naik Ke Puncak Gunung Pilar, di Cibadak, Bogor Timur ( Bag.1 )

 Bagi kalangan pesepeda atau sering disebut goweser, sangat tak lazim, apabila bersepeda sekaligus naik ke Puncak Sebuah Gunung dengan ketinggian diperkirakan 1200 MDPL.

" Dok.file-Ngoper Pedal"
Namun berbeda dengan ketiga goweser ini, Bitong Adi ( Karsadi ), dan Imam. Ketiga bersepeda dari kawasan  Kukusan Depok menuju ke Gunung Pilar yang berjarak kurang lebih 62  Km.

Start jam 06.30, menyusuri jl. Beji, Depok menuju ke arah Margonda, namun naas, diluar dugaan dan perkiraan, hari itu Minggu, 22 Juni bertepatan dengan Carfree Day kota Depok, yang sekaligus diadakan Depok Run. Walhasil ketiganya terjebak macet dalam barier ( pembatas ) untuk Depok Run. 

Akhirnya dipuutuskan untuk memutar dan otomatis membuang waktu dan menambah jarak. Jarak putar dalam strava tercatat 5-7 km, memutar arah. Tidak membuat hambatan yang berarti, ketiga goweser itu melanjutkan perjalanan dan tetap menggunakan GPX yang sudah dibuat Imam ( selaku RC ). Selepas Jl, Margonda, kemudian arah jalur menuju ke Depok Dua, dan belok ke  Perumahan Sukmajaya Permai. Menyusuri jalan komplek dan keluar Jl. Raya Bogor, memotong jalur menuju Situ Jatijajar.

" Dok.file - Ngoper Pedal "

Terus menyusuri wilayah perkampungan di Jatijajar, perjalan diteruskan ke wilayah Tapos, Cimanggis. Jalur kampung dan coran tidak menjadikan hambatan karena sepeda bisa dikayuh dengan enak. Kilometer tempuh masih berjalan 15 Km, dan dari wilayah Tapos, jalur tembus ke Perumahan Podomoro. 

Kembali disni perumahan Podomoro, kegiatan Carfree Day berlangsung. jalanpun tersendat beberapa menit. Keluar dari kemacetan Carfree Day, para goweser ini pun melanjutkan menuju ke arah Leuwinangung dan Kranggan. Data Komot yang dibuat, route akan melewati Nambo dan Kelapa Nunggal.

Setelah berliku liku di wilayah Leuwinangung, kemudian memasuk jalan Narogong Raya. Jam menunjukkan pukul 8.30, Bitong sempat brenti di supermarket untuk beli minuman. Namun Imam selaku RC, justru mengajak untuk istirahat diwilayah Kelapa Nunggal, sekaligus untuk sarapan.

Perjalanan pun dilanjutu menuju ke Kelapa Nunggal. melalui belakang pabrik Semen Tigaroda, Cibinong.

" Dok. file- Ngoper Pedal "
Melalui jalur yang sudah dicor arah ke Bukit Kapur kelapa Nunggal  sempat terhenti karena GPX, masih mengggunakan jalan lama, padahal jalan lama sudah ditutup dan rusak.

Sepakat merubah jalur menuju jalur perumahan Coco Garden, rupanya di Boulevard Coco Garden sedang berlangsung Carfree Day juga. Disinilah kembali perjalanan terhambat.

20 menit berlalu ditengah kemacetan, keluarlah di Jl. Kelapa Nunggal raya. Rupanya malapetaka pagi kembali terjadi. Jalur Kelapa Nunggal macet krodit. Sesuai kesepakatan sarapan pagi di Kelapa Nunggal.

Bubur Ayam menjadi saaran sarapan pagi, sebuah warung Bubur Ayam Cianjur dipinggir jalan menjadi pilihan. Bertiga menikmati sarapan Bubur Ayam.

" Selesai sarapan ini kita mulai menyusuri jalan Kelapa Nunggal menuju ke Sodong, sebuah tempat wisata pemandian air, yang berada di Desa Sodong, kurang lebih 10-12 Km dari sini," jelas Imam selaku RC sambil menikmati Bubur Cianjur.

20 Menit menikmati santapan pagi, perjalanan dilanjutkan menuju arah ke Sodong. Dengan speed rata rata 18-20 KPJ, akhirnya memasuki wilayah Sodong, disambut dengan persawahan yang menghijau dan bukit Jonggol yang menjulang dengan latar belakang Gunung Pilar yang akan dituju.

" Dok. file - Ngoper Pedal "

Dari Sodong kemudian menuju ke Pesantren Madinatul Qur'an, disinilah drama tanjakan babak pertama dimulai. Tanjakan Pesantren di Cibodas adalah salah satu tanjakan yang ada di Jonggol dengan gradien 20-30 derajat sepanjang hampir 3 km. 

Bagi Om Bit, sapaan akran Bitong, tanjakan ini sangatlah tidak berarti, dari bawah gerbang Peantren melaju dengan santai. Om Adi juga nampak masih melaju dengan santai, justru Imam selaku RC nampak mulai keseok seok, lantaran ada gejala paha narik sejak mau berangkat. 

Dipertengahan tanjakan, istirahat sebentar sekalian menikmati view tanjakan dengan pemandangan Jonggol dan Cileungsi.

Hampir 30 Menit berlalu melalui tanjakan Pesantren Desa Cibodas, dan sampailah di Kantor Desa Cibodas. 

Dari Kantor Desa, jalur dilanjut menuju ke arah Dayeuh, Jonggol, melalui jalur Tegal Babi, jalur memotong dari Cibodas menuju arah Dayeuh yang dulu dikenal sebagai jalur off road kini sudah dicor.

Hanya beberapa saja yang masih rusak karena tidak adanya saluran air atau got, kurang lebih 20 menit  menyusuri jalur Tegal Babi, akhirnya keluar di Jl Dayeuh - Jonggpl - Sukamakmur.

Tepat jam 11.15, Imam selaku RC memutuskan untuk makan siang dan sholat, jarak tempuh di strava 52 KM, dari titik start RS Graha Permata Ibu, Kukusan Depok.

" Dok. file - foto Haydar Ishq "
Rumah MakanMbah Minar, yang juga dikenal oleh hampir kebanyakan para goweser menjadi pilihan. Sajian Makan Khas Sunda, dengan menu Special Ayam Goreng Kampung dan Sayur Asem, serta Sop Iga menjadi menu favorit. RM Mbah Minar.

Rupanya bertiga lebih tertarik untuk menikmati Sop Iga RM Mbah Minar. Harga yang standar dan sajian yang cukup menarik serta dalam kondisi panas saat disajikan menambah selera makan saat lapar bergejolak.

Satu jam digunakan untuk istirahat dan sholat, kemudian perjalanan kembali dilanjutkan menuju Puncak Punggung Naga Gunung pilar. ( bersambung)

Minggu, 15 Juni 2025

Explore Cianten Via Cisalada dan Cibunian, Bikin Hati Bahagia dan Bergetar

 Cerita Tentang gowes bersama Ngoper Pedal, tak kan pernah berakhir, selalu ada cerita lucu, seru, menegangkan kadang juga menyebalkan. Konsep gowes atau bersepeda di katagori XC ride ( Blusukan ) biasa pesepeda sebut. Selalu menyisakan cerita cerita panjang bagi yang bergabung dengan Komunitas Ngoper Pedal.

" Dok.file - Ngoper Pedal "

Flyer yang dipublish di beberapa media sosial milik Ngoper Pedal, dari Instagram, Facebook dan lain lain. Seolah olah tak menarik bagi kalangan goweser. Gowes Bareng dengan tema " CISALADA EXTENSION",  mungkin dianggap sebuah lelucon saja atau gowes tak jelas. Atau bahkan terlalu bosan gowes ke Cisalada atau Cianten. Penulis sendiri sudah 7 kali gowes ke Cisalada dan Cianten via jalur berbeda.

Penulis yang sekaligus penggagas acara Gowes Bareng Cisalada Extension, sengaja memberi tema tersebut, karena jalur yang dipakai adalah jalur yang termasuk ekstrim untuk pemula. Dimana jalur Cisalada menuju Cianten via Kampung Muara memiliki beberapa tanjakan dengan gradien lumayan antara 20-25 derajat, bahkan ditengeari mencapai 30 derajat, dengan elevasi 1000 MDPL.

Minggu, 8 Juni 2025 adalah Hari-H kegiatan gowes itu, tercatat awal 15 orang, akhirnya fiks tersisa 7 orang, Saya ( Penulis ), Om Bit, Om Aries, Pak Dhe ( panggilan akrab Tumenggung Yoksodipuro ), Om Edo,  Nte Rima ( istri Om Aris) dan Nte Karlove, ditambah Kang Dadang dan Kang Dodi, goweser Leuwliang yang ikut gabung.

Oya, satu lagi sampe tikum Karacak, batal ikut, Om Karsadi, ternyata ketinggalan Ban depan saat loading. Jadinya batal dan membuat cerita lucu, Mau Gowes bannya sampai ketinggalan, alamak..!!

" Dok.file - Ngoper Pedal "
Start dari parkiran PLTU Karacak. yang rencana jam 08.00 , molor sedikit karena insiden ban ketinggalan.

09.37 dimulailah perjalanan Cisalada Extension, dengan diawali doa bersama.


Start awal mulai menanjak hampir 2 km, menuju arah Curug Cikuluwung di Cikalong Kulon. Sebuah pipa air bikinin Belanda sebagai aliran air pembangkit listrik yang dibuat jaman Belanda tertanam dalam tanah kedalaman 5 - 7 m membelah bukit. Sungguh sebuah tehnologi jaman baheula yang susah dipahami. Dam pertama penampungan air kita jdikan sport foto. Om Bit yang special cari moment foto tak menyia nyiakan kesempatan. Foto bersama, yang biasa disebut foto keluarga juga dilakukan diatas Dam PLTU Karacak.

Perjalanan lanjut menuju Desa Ciasmara, yang saat itu persawahan sedang menghijau.

Sebelum memasuki Desa Ciasmara sempat trouble, Om Aries yang hampir 2 bulan nggak gowes sempat mengalami lemes dan kunang kunang, mungkin start awal yang kurang pemanasan dan jalur nanjak. Membuat nafas ngos ngosan, namun tak lama Om Aries nyusul dan berjalan semampu kekuatan saja full variasi gowes dan dorong.

Selepas Ciasmara, mulai masuk Desa Purwabakti, kita memasuki kawasan Desa Wisata Sawah Terasering Cisalada. Sebuah Persawahan yang dianggap ubudnya Bogor.. karena memiliki kontur persawahan berundak mirip Ubud, Bali.

Mudahkah jalur menuju Sawah Terasering dengan Sepeda ?


" Dok.file - Ngoper Pedal "
Secara umum jalur menuju sawah terasering ini mudah dijangkau, namun memang jalan hanya satu mobil dan beberapa rauas sudah mulai rusak aspalnya.

Disinilah letak keseruan gowes Cisalada Extension, begitu memasuki wilayah Cibunian, kita akan disambut tanjakan dengan gradien 20-25 sepanjang 2 km. 

Beberapa kawan tersentak dan kaget sehingga terpaksa harus dorong sepeda. Om Bit yang memang luar biasa ditanjakan terlihat lancar dan mulus sampe ke jalur datarnya. Om Aries yang masih belum pulih terpaksa dorong bareng bersama istri, Nte Karlove dengan Federalnya hanya sampai setengah. Lain hal Kang Dadang dan Kang Dodi nampak asik saja menanjak, mungkin karena terbiasa dengan jalurnya.

Disinilah kita mulai menemukan sesuatu yang indahdalam bersepeda, tanjakan yang panjang sejak kampung Muara menuju ke PLTU Chevron di Cianten. Jalur sepanjang 5 Km, hanya 2 - 3 kali datar dan turun sedikit, sianya adalah tanjakan berat.

Pak Dhe yang biasa ikut Bromo Kom sampai ngedumel dengan khasnya candaan orang Jawa Tengah.

" Wes dalanae ora umum..munggah medun ora karuan...mending tunun.."

Saya dan yang lainpun tertawa mendengar ocehan pak Dhe.

Nte Karlove dan Nte Rima, dua perempuan yang ikut, hanya tertawa juga sambil tetap asik dorong sepeda ke atas Bukit Cianten yang tinggil menjulang depan mata.

" Dok.file - Ngoper Pedal "

Hampir 1 jam kita gowes menapaki jalur menanjak menuju Bukit Bintang Cianten, dan akhirnya sampelah di Perkebunan Teh Cianten, yang masuk wilayah PTPN VIII. Dan senyumpun mengembang saat memasuki kawasan Kebun Teh yang menghampar luas dengan hijaunya. Dan terlihat sekeliling pegunungan yang Indah.

" Gue lega deh sampe sini, tinggal turunan.." kata Nte Rima, setelah saya jelaskan, kalo ini adalah Puncak Bukit atau Gunung yang kita tuju.

Perjalanan dilanjutkan dengan turun menuju ke warung Legendaris  Pesepeda di Cianten, Warung Mang Ujang. Hampir semua para pesepeda gunung akan tahu Mang Ujang, kalo pernah ke Cianten.

Sebuah warung makan kecil, dipinggir jalan jalur Leuwiliang ke Pelabuhan Ratu, tepatnya di desa Purasari, Cianten. Disitulah dijadikan shelter para pesepeda start atau finish dan istirahat saat berepeda di daerah Cianten.

Kesempatan langka buat kawan kawan yang belum pernah ketemu Mang Ujang, untuk bisa foto bareng.

Istirahat 20 Menit untuk minum di warung Mang Ujang. 

Selesai istirahat, dilannjutlah kita menikmati bonus setelah nanjak untuk kembali ke PLTU Karacak, tempat awal berangkat.

Menikmati bonus turunan tentu adalah hadiah terindah, apalagi Om Aries dan istrinya Nte Rima yang hari itu pake fullsus, Bonus depan mata sangat asik, Namun diluar itu justru musibah buat Nte Rima, keasikan menikmati turunan sehingga speeda menjadi kencang, walhasil karena jalan yang jelek, akhirnya terpeleset dan jatuh, alhamdulillah hanya luka ringan tak tidak mengkhawatirkan.

" Dok. File - Ngoper Pedal "
Saat saya temukan Nte Rima karena jalan duluan udah tergeletak dijalan, Om Edo, yang datang berikutnya tak mau menyia-nyiakan, moment tergeletakpun diabadikan.

Tak lengkap memang saat jatuh tanpa ada foto, hingga kadang mucul lelucon, kalo kawan jatuh yang pertama dilakukan adalah pemotretan dulu.

Kembali melanjutkan perjalanan ke arah Puraseda, rencana saya akan masuk ke desa Cisarua, Puraseda, namuin karena menjelang jam 5, terpaksa saya batalkan dan langsung menuju tempat start.

Sungguh waktu yang terlalu cepat, untuk menikmati keindahan alam bersepeda, tak terasa magribpun tiba. Tepat 17.30. kami finish di kantor PLTU Karacak.

Kumpul kembali 7 orang dari 9 oang, Kang Dadang dan Kang Dodi, balik ke Leuwiliang. Rombongan kami yang loading di kantor PLTU, bebenah untuk loading sepeda.

Cerita tentang sepedaan tak akan pernah berakhir, cerita seru, lucu, menegangkan dan tentunya mengasikan saat bersepeda, akan datang kembali diwaktu mendatang.

Diakhiri foto bersama depan kantor PLTU Karacak, kita kembali ke Jakarta dengan ceritanya masing masing.




Naik Gunung Pilar Yang Kayak Punggung Naga Pakai Sepeda ( Bag.-2 Selesai )

" Dok.file Ngoper Pedal "  M elanjutkan ceita bersepeda naik ke Gunung Pilar sangatlah panjang, apabila dibuat berseri atau bebera...