![]() |
| " Dok.file - Ngoper Pedal " |
Belum lama juga hadir di ajang SRMR di Kyrgyztan gowes sejauh 1800 Km dengan ketinggian 3900 m.
Diluar dugaan, saat kita mau start, muncullah Iron Man Indonesia, Hendra Wijaya, yang akrab dipanggil Kang Hendra. Kang Hendra juga salah satu orang Indonesia yang tandem bersama Patricia Lisia di ajang yang sama di Kyrgyztan. Maka lengkaplah sudah kegiatan gowes Sabtu pagi. Hadir tiga para jawara gowes di Indonesi dan katagori extrim sport.
![]() |
| " Dok.file - Ngoper Pedal " |
Start dimulai dari kawasan PMPP TNI ( Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian ) Indonesia, di Sentul, kurang lebih jam 08.10.
Setelah sebelumnya kawan kawan goweser ( pesepeda/cyclist ) menikmati sarapan pagi Mie Ayam UN, yang terletak di foodcourt UN.
Tercatat 18 Cyclist dari berbagai komunitas hadir untuk gowes bareng. Seperti biasa, setelah ritual doa dan foto bersama, kegiatan gowes dimulai. Road Captain dipegang oleh Om Janu dan Tante Nina, dikuti oleh yang lain dan terakhir sweeper adalah om Weli.
Target gowes sudah diatur dan dirancang untuk loop sejauh 50 KM dimulai dari Hambalang, desa Pabuaran, Desa Cibadak, Sukamakmur dan kembali ke Hambalang.
Awal start kami sudah disuguhin syahdunya tanjakan Hambalang di depan Markas PMPP ( UN ) dengan sudut kemiringan 20 derajat, jarak yang hanya 7 km menuju warung haji Sule. Sebuah warung tergolong legendaris yang dijadikan pitstop pertama kami.
Entah karena belum pemanasan atau kaget, beberapa cyclist termasuk saya merasakan berat dan ngos ngosan, bahkan Heart Rate kawan kawan naik. Saya sempat dua kali berhenti di jarak 3 km menjelang Warung Kondang Haji Sule, berhenti 5 menit kemudian melanjutkan kembali perjalanan menuju ke pitstop pertama.
Delapan belas cyclist yang tergabung akhirnya bisa kumpul dan regrouping di pitstop pertama. Istirahat sejenak sambil menikmati segarnya susu jahe yang menjadi minuman favorit di Warung KOndang H.Sule. 
" Dok.file - Ngoper Pedal "
Saat istirahat, Om Janu yang jadi RC sempat berkeluh kesah juga, merasakan hal berbeda seperti biasa.
" Tumben nih gue ngos ngosan, nggak kayak biasa, apa mungkin kurang pemanasan " ujarnya.
Ternyata tidak hanya om Janu saja, Om Bitong yang biasa ngacir ditanjakan juga mengatakan hal yang sama.
" Asli...gue juga ngap nih nanjak sebentar aja, kenapa ya..apa juga kurang pemanasan."
Secara umum, apabila kita melakukan kegiatan olah raga tanpa pemanaan memang bisa menyebabkan beberapa, termasuk otot bisa cidera. Mungkin juga hal yang dialami kawan kawan, dengan meraskan ngos ngosan, karena kurangnya pemanasan dan langsung nanjak.
Untuk diketahui, warung Haji Sule adalah sebuah warung sederhana diatas bukit Hambalang, yang dijadikan pitstop oleh para goweser. D Warung ini menyediakan makanan ringan dan berat seperti Sop daging dan lain lain. Dan Bukit Hambalang sendiri di Jabodetabek menjadi tujuan favorit para cyclist. Tanjakan yang lumayan dengan kemiringan bervariasi sangat ideal buat latihan dan penggila tanjakan.
Dua puluh menit istirahat, perjalanan dilanjutkan menuju pitstop kedua warung Mpok Ijah, yang berada dikawasan Perbukitan masih di wilayah Sentul dan Bojong Koneng.
Kali ini jalur yang dilewati, sebuah jalur yang sangat fenomenal, biasa para cyclist khususnya MTB dan Gravel, menyebut dengan jalur anaconda. Jalur yang terlihat meliuk liuk dan menanjak ke atas perbukitan yang saat ini gersang. Sebelumnya jalur ini lebih banyak ditanami singkong.
Menuju pitstop kedua, peserta tambah satu orang, om Faiz Zein, yang ketemu di Warung H Sule, langsung ikut bergabung untuk gowes ini.
" Dok.file - Ngoper Pedal "
Track anaconda ini memang sudah dikenal sebagai track atau jalur yang dahsyat, tanjakan yang lumayan kemiringannya hampir 30 derajat dan berjarak 2 Km, menjadi sangat eksotis buat para cyclist. Belum lagi jalur makadam, kerikil kecil dan besar akan banyak ditemukan. Belum lagi debu mengepul dari para rider yang menggunakan jalur anaconda.
Pitsop kedua adalah sebuah warung yang biasa dipakai oleh para pekerja yang mengerjakan proyek pembangunan di sekitar perbukitan dan juga dijadikan pos istirahat para cyclist yang kelelahan di jalur anaconda.
Waktu jeda di pitstop kedua ini rupanya menjadi waktu yang berharga buat rekan rekan. Kesempatan ngobrol bareng bersama Patrici Lisia, bener benar dimanfaatkan. Sharring pengalaman mengikuti kegiatan gowes yang ekstrim menjadi ilmu yang yang sangat bermanfaat. Salah satu kiat Patricia Lisia saat gowes adalah tidak minum air es.
![]() |
| " Dok. file - Ngoper Pedal " |
" Saya kalo gowes, saat istirahat tidak minum air es, biasanya paling teh hangat, karena minum air es membuat kita jadi haus terus.." ujarnya.
Di jalur inilah kita menemukan sebuah keseruan, jalan panjang tandus, dan melintas sebuah bukit yang sudah dibelah dan membentuk lorong, menyisakan bebatuan dan pasir, yang sekilas mirip daerah di Timur Tengah. Bahkan saya sempat sebut sebagai Lembah Panjshir, di Afghanistan.
Kesempatan langka berada di jalur anaconda ini tentunya tidak akan disia siakan oleh para cyclist, Om Janu sendiri yang melengkapi diri dengan drone, tidak menyia yiakan moment indah ini. Drone pun diterbangkan dan mengambil gambar dari udara.
Rupanya selepas dari jalur anaconda, kami belum habis disuguhi jalur yang bener bener menguras tenaga.
Menyusuri jalan tanah, dan sisa perkebunan singkong, dengan kontur naik turun bahkan ada jalan sama sekali yang tidak bisa dilewati, kami harus menggotong sepeda, jalur juga licin lantaran berpasir dancampur tanah kering.
Tak terasa kami telah memasuki wilayah desa Pabuaran, yang masuk kecamatan Sukamakmur. Regrouping kembali dilakukan, disini Anitafu dan Kang Hendra sudah tidak terlihat, yang bersangkut karena ada acara terpaksa tidak melanjutkan perjalan di pitstop berikutnya.
Setelah regrouping, perjalanan dilanjutkan menuju arah Desa Cibadak.
" Dok.file - Ngoper Pedal"
Ditengah terik matahri sekitar jam sebelasan, perjalanan menyusuri jalan cor yang kanan kirinya juga tandus, karena kekeringan, banyak rumput kering dan pohon tinggal ranting.
Perjalanan sejauh 3 km, kemudian kita keluar jalan utama atau dikenal jalan alternatif Puncak Dua, Sukamakmur.
Sesuai rencana dan tidak terlalu meleset pitstop ketiga adalah Warung Makan khas Sunda, Pondok Tepi Sungai, yang berada di pinggir kali.
Semua peserta gowes dengan Tajuk Gravel Gocapan Hambalang dan Cibadak, istirahat untuk makan siang dan sholat.( Bersambung Bag.-2 )



Tidak ada komentar:
Posting Komentar