Minggu, 25 Mei 2025

HAMBALANG Tetap Menjadi Surga Para Pesepeda di Jabodetabek

" Dok.file - Ngoper Pedal"
Kata Hambalang sangat familier di kalangan para pesepeda di Jabodetabek. Hampir seluruh genre sepeda pasti akan mencoba hadir di Hambalang. Sebuah bukit kecil dengan ketinggian kurang lebih 550-600 MDPL. Menawarkan keindahan view pegunungan sekitarnya. Bagi Pesepeda, Bukit Hambalang lebih dikenal dengan Warung Susu Jahe H. Sule (alm). Hampir tiap akhir pekan, Sabtu atau Minggu para cyclist atau sering disebut dengan bahasa umum goweser, hadir di Warung H Sule, Hambalang.

Sangat mudah menuju ke Bukit Hambalang, yang juga masih masuk wilayah Citeureup, masuk lewat pasar Citeureup mengarah ke Sirkuit Sentul, akan terlihat tulisan PMPP atau UN, sebuah markas Militer Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian milik TNI.

Jalan nanjak dimulai dari Gerbang PMPP setelah jembatan kali Cikeas, jarak yang tidak terlalu jauh sampi Bukit Hambalang, kurang lebih 6-7 Km, namun nanjak dengan elevasi bervariasi, antara 15-30%.

Bagi goweser tentunya jalur nanjak menjadi sebuah tantangan tersendiri, seperti diungkap Rima dan Om Bit  dari Ngoper Pedal yang hari itu gowes bersama penulis.

" Gowes ke Hambalang nggak bikin bosen, cuma kalo lagi males terasa bete banget nanjak ke Hambalang," ucap Rima.

" Dok.file - PGN "

Hari ini Minggu, 25 Mei 2025, penulis yang juga kebetulan ikut gowes bersama Rima dan Om Bit datang ke Hambalang tidak sekedar gowes, namun hadir disebuah acara ulang tahun 1 Komunitas Sepeda yang menamkan PGN, Pecinta Gowes Nanjak.

Acara PGN sendiri lumayan seru dengan dihadiri kurang lebih 80 orang pesepeda. Acara syukuran sekaligus silaturahmi antar para pesepeda yang senang Nanjak. Komunitas PGN sendiri digagas oleh Daniel dan kawan kawan, ssat ini tercatat ada hampir 150 an member.

" Dok.file- Ngoper Pedal"
Penulis yang hanya beberapa saat dilokasi, kemudian meninggalkan lokasi Warung H Sule, setelah
menikmati santap makan siang.

Mendampingi Rima dan Om Bit, melanjutkan perjalanan bersepeda sekaligus menuju arah kembali ke Jakarta. Penulis yang kebetulan juga marshal,mengajak  Rima dan Om Bit, melewati jalur lain, berbeda jalur dengan saat berangkat.


Kali ini jalur kembali ke Jakarta yang dipilih adalah jalur XC yaitu daerah Tari Kolot Citeureup, sebuah jalur bervarias tanah dan kerikil melewati jalur conveyer indocement, kemudian masuk lokasi wisata Pasir Mukti dan menuju ke Kali Bekasi, tidak seperti biasa kali Bekasi yang bias dibuat mainan, kali ini air terlihat tinggi, sehingga panulis dkk, tidak bisa turun ke bawah.


" Dok.file - Ngoper Pedal"

Setelah beberapa saat mengambil foto di lokasi kali Bekasi, perjalanan dilanjut menuju ke Tari Kolot melewati perumahan BCA Citeureup.

Menyusuri perkampungan dan akhirnya sampailah di Pasar Citeureup, kami melakukan contraflow untuk  memotong jarak sejauh 1 km.  Menuju jalan Kelapa Nunggal dan menyusuri sisi kiri Tol Kranggan, menuju ke Podomoro

Rima yang cewek sendiri, masih terlihat agresif dan semangat  menggunakan Polygon S3, biarpun di Genre Rodbike, Rima nampak tidak ada rasa lelah, walaupun masuk ke jalur XC dan Gravel.

 Sepanjang jalur pinggir tol Kranggan menuju Podomoro, melewatik jalur kampung dengan coran sedang.

" Dok.file - Ngoper Pedal"
Strava Rima dan Om Bit yang sudah menujuk angka 80 Km, dimulai dari rumahnya di kawasan Kebayoran lama.. Tak berapa lama penulis dan rombongan memasuki kawasan Podomoro Golf Cimanggis untuk menuju arah Juanda Depok. 

Tepat jam lima, penulis dan kawan kawan berhenti di Pekapuran untuk ibadah sholat ashar.

15 Menit kemudian perjalanan dilanjutkan menuju arah jalan raya Bogor, keluar jalan raya Bogor, menuju jalan Juanda Depok, dan selanjurnya menyusuri jalanan gravel belakang kampus UI.

Dari sini menuju ke arah Matoa, melewati perempatan Tugu Gong Tanah Baru, Depok, Seterusnya naik ke flyover Tanah baru menuju arah Ciganjur.

Penulis yang juga founder Ngoper Pedal, berpisah dengan Rima dan Om Bit di pertigaan Matoa, Rima dan Om BIt yang kebetulan tinggal di sekitar Kebayoran Lama, meneruskan perjalan menuju arah Cilandak, Ampera dan Kemang, menuju arah Blok.'

Akhirnya penulis berpisah, dan kembali ke rumah masing, penulis sendiri menuju ke arah Krukut.

" Dok,file - Ngoper Pedal "

Sepenggal kisah perjalanan bersepeda atau gowes ke Bukit Hambalang, Citeureup, melengkapi Cerita tentang sepedaan. 

Bagi komunitas sepeda Ngoper Pedal, cerita sepedaan itu tak kan pernah berakhir, selalu ada cerita baru dan jalur baru untuk sepeda. Moto " Nggak Nanjak Ngantuk akan selalau melekat dihati para goweser di komunitas ini. Dan Slogan, " Pantang Pulang Sebelum Petang ".

" Yang sebenarnya nggak juga atau terlalu saklek, tentu prinsip silaturahmi, musyawarah, tuker pendapat tetatap menjadi jalan pemecahan masalah " ungkap Imam.

" Bahwa pada prinsipnya gowes adalah hobby secara personal, komunitas hanyalah fasilitator. Disini jelas yang dimaksud, tetap pada prinsipnya bergabung dengan komunits itu adalah sebuah pilihan," terang Imam.

Namun tak sedikit juga banyak goweser, yang enggan bergabung dengan komunitas ini dengan alasan, bahwa gowesnya tidak bisa sampai sore

Bagi para pesepeda, tak ada salahnya untuk membaca dan mengikuti terus cerita sepedaan, yang dimuat di Cerita Sepeda Ngoper Pedal












Rabu, 21 Mei 2025

JELAJAH Cianjur Selatan Lewat Jalur Eksotis Naringgul ( Bag.2 )

" Dok. file - Ngoper Pedal "

Perjalanan menuju Cidaun dari Curug Ceret Naringgul menyisakan jarak kurang lebih 28 Km. Kami tinggal  delapan orang, karena Om Zul harus balik ke Rest area Naringgul untuk mengambil mobil.

Sepeda istri saya yang kebetulan RDnya ngadat terpaksa harus diloading. Walhasil, saya terpaksa menggunakan sepeda Om Zul. Beryukur, sepeda Om Zul rupanya lebih makyus, dengan 12 speed yang juga frame ringan carbon membuat saya makin nyaman saat nanjak.

Rupanya drama tanjakan Naringgul belum habis juga. 

" Dok. file - Ngoper Pedal "
Selepas Curug Ceret Naringgul jalan masih menanjak bahkan cenderung naik terus dengan gradien rendah.

Walau lelah dan laper tak membuat kendur Nte Derty, bahkan terlihat makin semangat untuk menaklukan jalur Naringgul - Cidaun .Dari google jalur  Naringgul - Cidaun ini terbaca  hampir 70% turunan, namun faktanya data google kami anggap tidak akurat. Hampir seimbang antara turun dan naik. Memang tak salah Naringgul adalah turun - naik., Om Ari yang memang terbiasa long ride dengan jalur jalur tanjakan sudah lepas duluan, menyisakan tujuh orang. Istri saya juga sempat mengalami kram dan terseok- seok, hanya om Bit, Om Edy, Om Priyo ( suami nte Derty ) dan Pak Badri yang kebetulan pensiunan tentara masih terlihat semangat dan segar.

" Katanya nggak ada tanjakan lagi, tapi nyatanya banyak banget tanjakan ," seloroh NteDerty 

" Dok.file - Ngoper Pedal "

lantaran sepanjang Curug Ceret masih ada  tanjakan dan nggak habis habis.

" Dok.file - Ngoper Pedal "
Drama Tanjakan Cikondang Yang Menyisakan Kepedihan


Melewati jalur rolling kota kecil Naringgul masih tetap bisa tersenyum walau pahit, namun indahnya pemandangan selama perjalanan membuat rasa capek menjadi hilang.

Setelah tanjakan lumayan panjang, kami sampailah di Tebing Shotcrete, sebuah dinding penahan longsor yang menjadi spot foto yang indah, lantaran background belakang adalah lembah dan pegunungan sepanjang Naringgul.

Berfoto ria adalah suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan, bahkan pengambilan video yang dilakukan om Yudi juga menjadi wajib. Menanjak ringan dari tikungan menuju arah Tebing Shotcrete. 

" Dok. file - Ngoper Pedal "
Kami sempat istirahat sebentar di Tebing Shotcrete.

Setelah melewati Tebing Shotcrete, perjalanan dilanjutkan, kali ini perjalanan kita mulai menemukan keindahan Naringgul, kami menyusuri tebing gunung sebelah kiri, dan kanan adalah jurang dengan view pegunungan.

Delapan Kilometer setelah Curug Ceret inilah, kami menemukan sensasi dahsyat, Tanjakan
Cikodang dengan gradien kira kira 30 derajat, yang sebelumnya diawali dengan tikungan tajam turun panjang, kami disambut Tanjakan Cikondang.

Om Bit melaju dengan cepat ke atas, disusul Om Edy, dan Pak Badri, saya sendiri memang sengaja separuh tanjakan dan berhenti untuk memvideokan kawan kawan.

Istri saya dan Nte Derty sempat melaju , namun karena tanjakan yang lumayan berat, terpaksa harus berjalan pelan.

" Dok. file - Ngoper Pedal "

Petualangan kembali dilanjutka nmasih dengan kondisi jalan rolling, namun hal yang sangat dinantikan akhirnya kita temukan. Sport foto Malati, sebuah jalan yang bergelombang panjang  dan sedikit berkelok yang menjadi salah satu ikon Naringgul kita temukan.

" Dok.file - Ngoper Pedal "

Om Zul rupanya sudah stand by diujung tanjakan spot foto Malati, moment paling syahdu adalah spot foto Malati ini, jalan rolling aspal yang bersih dan halus.

Nafaspun rupanya tersengal juga, Om Edy dan Om Bit nampak masih bertahan dengan performanya, dua wanita istri saya dan Nte Derty juga masih semangat, walau nafas sudah mulai surut.

"  Dok. file - Ngoper Pedal "
Jalan nanjak masih saja ditemukan namun tidak terlalu berarti. Dan kembali sebuah keindahan Naringgul ditemukan Leweung Mangun, sebuah tebing gunung yang dibuat jalan, nampak gagah menghadang kami. Namun justru keindahan itulah menjadi penyemangat. Hujan turun sangat deras dan kadang berhenti, kembali gerimis dan berhenti.

Namun sayang, menjelang batas Naringgul dan Cidaun, Om Ari ( Ariwandi Hamid ) terpaksa harus dievakuasi, rantai sepeda putus dan tidak tertolong lagi untuk disambung. Disini Om Bit, sempat berkelakar, kalau Om Ari sebenarnya udah tidak mau gowes lagi, putus rantai hanyalah alasan belaka.

Memasuki perbatasan Kecamatan Cidaun, rupanya menjadi sebuah bonus tersendiri. Awan cerah dan mataharipun tersenyum, sore yang cerah menjadi penutup perjalanan Naringgul - Cidaun sejauh kurang lebih 42 KM.

" Dok.file - Ngoper Pedal "

Mentari sore menyambut dengan hangat di Cidaun

Cuaca sore itu menyambut kedatangan kami sembilan orang goweser dari Jakarta, laut yang indah menyapa dari atas turunan terakhir Cidauan. Tujuan kami adalah pantai sekitar Cidaun. 

Sampailah pertigaan Cidaun, kami berunding, karena tim pertama Om Zul, Om edy dan Pak Badri ada rencana lain, lanjut CurugCitambur, kami berenam, mau menikmati sunsite di pantai.

Kamipun berpisah, Tim satu ke Curug Citambur, Tim Dua, lanjut ke Pantai Tambak Piring.

" Dok.file - Ngoper Pedal "
Menjelang magrib kami berenam sampaelah di Pantai Tambak Piring, namun sayang tenggelamnya mentari di ufuk barat sempat kami saksikan hanya sisa sisa rona mera  Tepat jam 18.30 kamipun kembali ke Jakarta, melalui jalur Tengah Sindang Barang menuju Sukanegara, dan lanjut ke Cianjur.

Sebelum kembali ke Jakarta kami menikmati makan malam di kota kecil, Kec. Sindang Barang. Selesai makan malam, kami cus, kembali ke Jakarta.

Alhamdulillah, kami sampai di Jakarta kurang lebih Pukul 02.00 dini hari. ( Selesai)

Kisah kisah petualangan sepeda ini, dapat anda ikuti di  https://ngoperpedalnews.blogspot.com  dan facebook  Ngoper Pedal atau Ig.Ngoper Pedal







Senin, 19 Mei 2025

NGOPER PEDAL Jelajah Cianjur Selatan dari Naringgul Menuju Cidaun ( Bag.1 )

" Dok.-file Ngoper Pedal "
 Bagi Komunitas sepeda yang berbasic blusukan dengan katagori XC, berpetualang ke alam terbuka terutama pegunungan adalah sebuah keharusan. 

Sabtu, 17 Mei 2025 menjadi sebuah cerita baru petualangan sepeda Komunitas Sepeda Ngoper Pedal. Desa Naringgul, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur menjadi lokasi dan tujuan bersepeda. Sembilan cyclist dua wanita dan tujuh pria berangkat dengan menggunakan dua kendaraan. Tim pertama terdiri Om Edy, Om Zul yang akran di panggil Ketumport, lantaran adalah ketua Komunitas Sahabat Portugal dan Badri yang menjadi partnernya. Bertiga lebih dulu berangkat dan menginap di Villa Bukit Senyum Rancabali.

Tim kedua yang berangkat after office, Imam ( penulis ) Om Bit, Om Priyo, Om Ariwandi ( Suhu kita ), Nte Derty dan Yuns ( istri saya ) menyusul, dengan kijang Towing yang disewa dari sahabat goweser juga yang akrab disapa Ki Lurah dari Komunitas Jamak.

Lepas landas dari kawasan Kukusan, Depok lanjut tol dalam kota dan masuk Tol menuju arah Bandung dan keluar di Soreng. Keluar tol Soreang menyusuri jalan Soreang - Ciwidey dan masuk kawasan Wisata Villa Bukit Senyum, tepat jam 01.40 kita parkir di Villa. Udara dingin menjelang pagi membuat kita tidak bisa tidur, hanya rebahan dan selonjoran saja.

" Dok. file -  Ngoper Pedal "

Rupanya semua merasakan hal yang sama, dan memaksa tidur ayam, fajar pun menjelang, kemudian sholat shubuh dan bersiap menuju perbatasan Bandung - Cianjur. Dari batast kota inilah yang sekaligus menjadi ikon Naringgul kita start.

Amunisi tenaga diisi di rest area Naringgul, sarapan dan tentunya persiapan sepeda unloading yang di gawangi Om Yudi dari Jamak yang didapuk menjadi crew.

Dingin pagi itu masi menerpa, kabutpun masih bergelanyut dilangit.

Sembilan  cyclist atau goweser telah bersiap untuk start, diawali dengan doa, kamipun langsung cus..

Imam sebagai marshall dan videografer meluncur kebawah duluan untuk mengabadikan moment yang yang sangat berharga. Satu persatu pun meluncur menapak turunan tajam pohon pinus Naringgul yang samar samar sudah diterpa mentari pagi.

Berjalan hampir 5 km, kami sembilan orang masih tersenyum dan tertawa, karena jalan yang menurun.

Menjelang  kilometer 7, drama pesepeda pun dimulai. sebuah tanjakan dengan gradien rendah menjadi sarapan pertama. Belum ada keluhan berarti ditanjakan pertama, semua masih semangat.


" Dok.file -  Ngoper Pedal "
Hijaunya alam pegunungan dan indahnya persawahan membuat semangat untuk gowes makin tinggi. 

Target gowes pepotoan di jalur Naringgul bener benar tidak bisa dilewatkan, Om Bit yang jago cari view keren, nggak bisa sedikitpun lihat pemandangan. Cus, kamera langsung jepret.

Cerita sedih pun dimulai, kilometer 9 di desa Balegede, menjadi sebuah episode yang menyebalkan, sebuah tanjakan panjang dan berkelok menjadi sarapan yang indah, tanjakan panjang tersebut mulai menggerus kerongkongan. Om Edy, Om Zul yang memang dari sisi usia sudah lumayan terlihat mulai menahan napas, beda dengan Om Bit dan Om Ari yang memang biasa longride, masih terlihat senyum manisnya melalap tanjakan gradien rendah panjang hampir 1 kilometer.

Target pitstop pertama adalah RM Panorama Naringgul yang masih berada di desa Balegede.

Tak lama kira kira di kilometer 12 menurut catat om Ariwandi, sampailah kita di RM Panorama.

RM Panorama Naringgul adalah rest area para traveler baik roda dua dan empat istirahat dan menikmati view yang indah. Pegunungan membentang dengan Curug yang terlihat warna putih dari kejauhan dan jalan dibawah yang terlihat berkelok sangat indah.

Kami sempat membahas pengambilan video dari atas RM Panorama. Kesempatan yang jarang bersepeda di Naringgul tentu tidak akan melupakan moment indah. 

" Ogah gua kalo disuruh gowes kesini lagi...cukup sekali ajahh." kelakar Derty yang ikut dan status masih pemula. 




Perjalan yang asik menapak jalan berkelok meliuk namun mulus asplanya menjadikan lelahpun terasa menghilang.

Tak ada moment yang disia siakan, setelah pengambilan video dari atas RM Panorama, drama tanjakan pun masih berlanjut. Tanjakan kedua maish di Balegede menyambut kedatangan kami sembilan orang. Namun dengan semangat membara, masih bisa diatasi, walau kadang Yuns ( istri saya ) agak terseok, karena sempat kram lantaran dua bulan nggak gowes jauh.

Lepas dari RM Panorama, kamipun masih menapaki jalan rolling, naik turun sesuai dengan nama Naringgul yang dalam bahasa Indonesia adalah naik turun.

Balegede pun dilewati dengan turunan tajam menuju sungai Cipandak.  Sungai dengan air bening mengalir cukup deras sangat mempesona. Tentu kesempatan foto tak akan disiakan, semua goweser berfoto bareng dengan view sungai Cipandak.


" Dok.file -  Ngoper Pedal "

Akankah drama tanjakan Naringgul berakhir ?

Selepas desa Balegede adalah Desa Sukabakti, rupanya Sungai Cipandak yang menjadi batas desa Balegede dan Sukabakti menjadi saksi bisu drama tanjakan ketiga dimulai.

Jalan lurus menanjak dengan gradien sedang memaksa semua goweser terseok seok, kecuali Om Bit dan Om Ari yang memang selalu melalap tanjakan dengan sepedanya yang special. 

Curug Ceret Naringgul yang oleh sebagaian orang disebut mirip air Terjun Lembah Anai di Singgalang, Tanah Datar. Sumatera Barat menjadi tempat pitstop kami.

Perjalanan menuju Curug Ceret yang dimulai dari Jembatan Sungai Cipandaka, hanya rolling rolling saja dengan view kanan kiri perbukitan yang indah, jalan halus membuat tidak terlalu berarti bagi kawan kawan .

Tetap dengan diirngi canda dan tawa, karena sesuai info awal, bahwa route Naringgul - Cidaun dari data google cenderung turun. Hampir 30 menit perjalanan menuju Curug Ceret kita lalui.  Mendung nampak mulai menggelayut, namun tetap tidak menyurutkan langkah menuju ke Cidaun.

Sampailah di Curug Ceret, kami melakukan rehat, Om Zul ( Tumport akrab disapa ) Om Edy dan Pak Badri yang pagi hanya makan cemilan, rupanya tak kuasa menahan lapar. 

Setelah terkuras di Balegede, akhirnya sepiring nasi dan Sop ala masakan Sundapun disantap dengan lahap. Sebuah Rumah Makan satu satunya berada didepan Curug Ceret.

Curug Ceret yang saat itu memang airnya kecil nampak kurang indah, namun moment kehadiran di Curug Ceret tetap tidak disia siakan.


" Dok.file - Ngoper Pedal "

Beberapa temen sempat beristirahat, karena kebetulan mobil Om Edy diparkir di rest area Naringgul. Om Zul terpaksa harus balik dan ambil mobil. Secara kebetulan juga, sepeda istri saya ada trouble di RDnya yang ngadat, terpaksa sepeda harus loading dan saya menggunakan sepeda Om Zul.

30 menit kami istirahat di Rumah Makan satu satunya di Curug Ceret, yaitu RM Abah Japar, kamipun melanjutkan kembali route Naringgul - Cidaun sesi kedua.

Kembali bersiap untuk gowes menuju ke Cidaun, kami tinggal 8 orang, minus om Zul yang terpaksa harus ambil mobil ke rest area Naringgul. ( bersambung bag. 2 )

Naik Gunung Pilar Yang Kayak Punggung Naga Pakai Sepeda ( Bag.-2 Selesai )

" Dok.file Ngoper Pedal "  M elanjutkan ceita bersepeda naik ke Gunung Pilar sangatlah panjang, apabila dibuat berseri atau bebera...