Selasa, 19 September 2023

Benarkah Ada Bidadari Mandi di Curug Love, Leuwisadeng, Bogor Barat. ( Bag. 2 - selesai )

 Bagi para goweser entah benar atau tidak yang pernah gowes atau bersepeda ke Curug Love di Leuwisadeng, bagi yang mujur bisa bertemu bidadari dari kayangan yang sedang mandi. Entah mitos atau hanya cerita khayalan, kami pun sempat penasaran. Bahkan beberapa kali penulis datang ke Curug Love, belum pernah ketemu bidadari yang dimaksud. Betul, memang saat hari hari tertentu terutama air melimpah, banyak pengunjung wanita terutama belia atau ABG yang bercengkerama dan mandi di Curug. Mungkin inilah yang dimaksud kawan kawan goweser, dan disebut sebagai bidadari turun dari langit. Sempat penulis datang ke lokasi wisata Curug Love ini bertemu dengan dengan beberapa gadis cantik, namun penulis tidak mengira bahwa gadis gadis itulah bagian dari bidadari cantik dari Curug Love.

" Dok.file-Ngoper Pedal "

Curug Love yang berada di Kec. Leuwisadeng, terletak di sebelah barat obyek Wisata Panorama Pabangbon, kurang lebih 10 KM. 

Perjalanan bersepeda kami, yang sempat istirahat di Panorama Pabangbon, kemudian dilanjutkan untuk menuju Curug Love. Makan siang sederhana, nasi dan telor ceplok, serta lalapan terasa nikmat sekali. Kebetulan warung tidak menyiapkan menu masakan lain. Dan kamipun berempat makan seadanya.

Rasa lapar membuat makan kami nikmat sekali, penulis, Om Eddy, Ekos dan Basori, hampir semua nambah. 

Selesai makan kami sholat dan melanjutkan perjalanan ke Curug Love.

Selepas wisata Panorama Pabangbon, kami melintas di jalan aspal yang bagus dan turun menuju ke arah Bantar Karet, yang berada di wilayah Leuwisadeng. Perbatasan Leuwiliang dan Leuwisadeng adalah sebuah sungai, dimana kami menemukan tanjakan yang sangat dahsyat, sepanjang kurang lebih 1 Km dengan kemirringan hampir mencapai 35 derajat. Seolah olah kena prank, karena lepas dari Pabangbon, jalan menukik tajam dan tiba tiba langsung menanjak tajam. Hanya Basori yang bisa terus gowes sampae ke atas, bertiga kami sempat terlampat melakukan pemindahan kecepatan, sehingga memaksa harus dorong dorong.

Dua tanjakan kembali kami temukan di desa Bantar Karet, dengan kemiringan yang hampir sama, baru kemudian turun menuju arah lapangan bola Bantar Karet, pertigaan menuju ke arah tambang emas Pongkor. 

" Dok. file - Ngoper Pedal "

Tiga tanjakan inilah yang membuat nafas tenaga kami terkuras habis, bahkan Ekos sempat dua kali berhenti, karena kaki hampir kram. 

" Tanjakan kagak ada habisnya..kapan nemu jalan datar sih..." guman Basori.

Om Eddy yang memang tergolong paling tua, tetap percaya diri dan hanya senyum senyum saja, menapaki setiap tanjakan, tidak ada rasa capek dan ngeluh. Beberapa kali saja sempat berhenti, untuk menurunkan heart rate nya.

Suguhan pemandangan indah, mulai dapat kita rasakan di desa Bantar Karet, sawah yang sedang menguning menjadi hiburan tersendiri saat terengah engah. Tentu tidak disia siakan kesempatan untuk berswafoto di sepanjang perjalanan menuju Curug Love.

Kurang lebih tiga kilometer dari lapangan sepakbola Bantar karet, sampailah ke lokasi yang kita tuju, Curug Love.

Sungguh diluar dugaan kami berempat, Curug Love yang saat air berlimpah sangat terlihat indah, bisa untuk mandi dan bercengkerama di dalam air. Hari itu, sama sekali terlihat sepi tidak ada pengunjung. Bahkan sepi sama sekali, hanya kami berempat yang hadir. Loket karcispun tanpa petugas, dan hanya terlihat spanduk  sisa kegiatan salah satu Komunitas sepeda Gravel GX-ID.

Rasa penasaran untuk bertemu bidadari mandi masih bergelanyut di hati, kami sempat memasuki lokasi Curug yang berada di persawahan.

Ekos yang jalan duluan sampai ke Curug sempat berkelakar," Bidadarinya udah pada pergi..katanya dari pagi udah mandi.."

Kamipun berempat sempat tertawa bersama.

" Dok.file - Ngoper Pedal "

Niat kami ke Curug Love sebenarnya bukanlah tujuan utama, tujuan utama kami adalah bersepeda ke Wisata Panorama Pabangbon, sedang Curug Love hanyalah opsi saja.

Setalah meninggalkan Curug Love, kami kembali ke arah Leuwiliang, namun jalur yang kami tempuh beda dengan jalur awal. Kami sengaja ambil jalur loop, dengan menuju ke arah Leuwisadeng. lewat  Nanggung.

Pemandangan yang indah juga banyak ditemukan sepanjang peralanan ini, sawah berundak atau terasering terlihat ada disisi kiri kami. Nampak kejauhan padi menguning dan siap dipanen.

Hampir satu jam, kami menyusuri wilayah Nanggung, dan akhirnya sampailah dipertigaan Leuwisadeng dan Leuwiliang. 

Tepat menjelang ashar, kami sampai di terminal Leuwiliang, kamipun istirahat dan sholat ashar.

20 Menit kami istirahat, perjalanan kami lanjutkan menyusuri jalan raya Leuwiliang - Bogor. Kepadatan lalu lintas di hari Sabtu membuat kami harus extra hati hati saat bersepeda. Motor dan angkot yang kadang berhenti mendadak, memaksa kami harus waspada setiap saat.

Selepas kampus IPB Darmaga, kami memutuskan untuk route kembali ke Jakarta melewati wilayah Cileubut, Citayam dan Depok. 

Tak terasa, magribpun tiba, kami berhenti sejenak di sebuah masjid di daerah Bojonggede untuk sholat magrib.

Selesai sholat dan istirahat 10 menit, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri wilayah Citayem, menuju Depok. 

Karena rumah masing masing berebeda wilayah, kami memutuskan berpisah di jalan Nusantara Depok, Om Eddy dan Basori, menuju arah timur ke Cibubur via Kelapa Dua, saya dan Ekos menuju ke arah Beji. 


Dan hampir bersamaan kami berempat sampai kerumah masing masing dan berkabar lewat whatsapp.

" Dok.file- Ngoper Pedal "
Dengan kecepatan rendah kisaran 15-20 Kpj, dan sisa sisa tenaga, kami menikmati perjalanan panjang Jakarta - Pabangbon - Leuwisadeng dan kembali ke Jakarta, tercatat di strava hampir 130 Km. 

Keindahan alam di Wisata Panorama Pabangbon dan sekitarnya membuat seolah olah rasa capek hilang. Persawahan yang menguning dan tanjakan yang lumayan tajam, telah mengobati semuanya.

Bagi anda yang hobby gowes, rasanya nggak lengkap kalo belum ke Pabangbon, cerita bersepedanya terasa tidak lengkap. Terlebih bisa sampai ke Curug Love dan bisa bertemu dengan para bidadari yang sedang mandi, maka lengkaplah cerita itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naik Gunung Pilar Yang Kayak Punggung Naga Pakai Sepeda ( Bag.-2 Selesai )

" Dok.file Ngoper Pedal "  M elanjutkan ceita bersepeda naik ke Gunung Pilar sangatlah panjang, apabila dibuat berseri atau bebera...