Senin, 11 September 2023

Jangan Takut Gowes Ke Pabangbon, Walau Jalan Menanjak Tapi Asik.( Bag-1)

 

 

" Basori, Imam ( Penulis ), Om Eddy, Ekos Dok.file - Ngoper Pedal "
Pabangbon adalah salah satu lokasi wisata yang berada di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Berada diatas ketinggian 1100 MDPL, sangat cocok untuk berwisata sambal menginap menggunakan tenda. Lokasi camping ground yang berada di rerimbunan hutan pinus yang sangat asri dan sejuk. Saat malam hari akan terasa dingin sekali.

Bagi para goweser atau pesepeda, Pabangbon dikenal mempunyai jalur menanjak yang sangat mengasikkan. Tanjakan dengan sudut kemiringan 20-35 derajat akan ditemukan saat kita bersepeda ke Pabangbon.

 

Atur Waktu Yang Pas Untuk Janjian Bareng

Dari Jakarta berjarak 60-70 Km, tergantung dimana titik start kita mulai, dan berdurasi antara 3-4 jam perjalanan dengan kecepatan sedang berkisar 20-25 KPJ ( Kilometer Per-Jam ).

Namun kadangkala untuk para pesepeda yang biasa menggunakan kecepatan tinggi jarak tempuh menuju Pabangbon adalah hal yang sangat tidak berarti, terutama yang biasa bersepeda ke daerah pegunungan.

" Dok.file - Ngoper Pedal "

Beberapa waktu lalu penulis untuk kali ketiga hadir menuju lokasi wisata Pabangbon, atau sering dikenal dengan nama Panorama Pabangbon.  Bersama rekan dari Cibubur, Om Eddy dan Basori, Penulis sendiri bersama Ekos dari Jagakarsa start dari titik kumpul di Kodim Kota Depok, didaerah Mampang, Pancoran Mas.

Berangkat kurang lebih jam 06.15 menyusuri jalan raya Sawangan dan menuju arah Pengasinan, tembus ke jalan raya Parung menuju Telaga Kahuripan.

Janji ketemu dengan Eddy dan Basori, yang berangkat juga dari kawasan Cibubur kurang lebih jam 06.00, berhitung jarak hampir sama dan selisih 4 Km,  Om Eddy ( biasa kami sapa ) dan Basori menyusuri jalan raya Bogor, Warung Jambu dan  Darmaga menuju Leuwiliang sebagai titik kumpul kedua.

Penulis dan Ekos, dari arah Telaga Kahuripan menuju kearah Ranca Bungur dan menyebrang Jembatan Gantung Rawayan 1 menuju araha Ciampea, dilanjutkan kea rah Leuwiliang, lewat Cibungbulan.

Sesuai kesepakatan, janji di titik kumpul kedua jam 09.00, secara nggak sengaja, berempat bisa ketemu dititik kumpul justru lebih cepat dari jadwal, yaitu 08.30, artinya jarak tempuh kurang lebih 50 Km, ditempuh kurang lebih 2,5 jam. Dengan demikian kecepatan bersepeda, adalah 20 KPJ. Bagi kami berempat sudahlah sangat ideal dengan kecepatan itu.

 

Pertarungan Yang Sesungguhnya Menuju Panorama Pabangbon

" Dok.File - Ngoper Pedal "
Pertarungan sesungguhnya adalah jarak 15 Km dari titik kumpul kedua, di Kecamatan Leuwiliangm menuju Panorama Pabangbon.  Jalan yang mulai menanjak sangat dirasakan sejak memasuki pertigaan menuju Pabangbon dari arah Karacak.

Lepas 2 Km pertama, kami disuguhi tanjakan sepanjang hampir 2 Km dengan kemiringan 20 derajat, pelan dan pasti dengan gigi rasio rendah. Om  Eddy, adalah tertua diantara kami dengan usia 60+, sangat percaya diri menapaki tanjakan pelan dan pasti, penulis sendiri bersama Ekos dan Basori yang hanya beda tipis usia 50+, justru terlihat terseok seok.

Rupanya selepas tanjakan panjang, kami tidak diberi kesempatan nafas, jalan sedikit datar, kemudian menanjak lagi sejauh 1 km.

“ Alamak…ini jalan kagak ada putusnya..kapan ada jalan datar buat napass..” Celoteh Basori yang baru pertama kali ke Pabangbon.

Bagi para goweser menuju ke Pabangbon adalah ibarat sebuah ujian berat untukkenaikan kelas, bahkan ada guyonan di kalangan para pesepeda,” Jangan Ngaku Goweser Kalo Belum Ke Pabangbon .”

Pelan dan pasti kami berempat menggunakan falsafah Jawa,” Alon alon asal kelakon “ yang artinya Pelan pelan yang penting kesampaian.

Menapaki kurang lebih 4 tanjakan, sampailah di Bukit Bintang, lokasi wisata sebelum Panorama Pabangbon. Cukup didepan tulisan Bukit Bintang, kami istirahat 5 menit, kemudian melanjutkan perjalana kembali. Nampak Panorama Pabangbon dari kejauhan dengan pohon Pinusnya, padahal jarak masih 6 Km.

Lepas dari Bukit Bintang adalah turunan panjang, kemudian disambut tanjakan lumayan panjang, bonus jalan datar, kemudian sambutan kembali tanjakan.

Kini giliran Ekos yang mengungkapan batinnya. “ Ampun deh..asli ini tanjakan kagak habis habiss..”

Penulis yang sudah tiga kali, hanya senyum senyum saja melihat keluhan kawan.

 

" Dok.file- Ngoper Pedal "

Bahagia itu hadir setelah sampai Tugu Selamat Datang Pabangbon

Rasa lega setelah sampai di tulisan “ Welcome To Pabangbon “, artinya hanya kurang 3 Km lagi akan sampai.

Namun jangan salah, 3 km terakhir inilah ibarat sebuah pertandingan sepakbola  adalah detik detik  yang paling menegangkan atau kondisi injury time, 2 buah tanjakan dengan kemiringan 30-35 derajat akan menghadang di depan mata.

Istirahat disebuah warung, sambal melepas lelah dan minum, untuk persiapan menyelesakan 2 tanjakan.

Perjalanan pun dilanjutkan kembali, tanjakan legendaris Pabangbon naik tajam dan berbelok, menjadi sebuah catatan penting saat gowes. Hanya Basori yang mampu menyelesaikan. Penulis, Ekos dan Om Eddy, tertawa riang dan bercanda dengan mendorong sepeda. Harus diakui dan tanpa malu penulispun mengatakan angkat bendera putih.

 

" Dok.file - Ngoper Pedal "
Target finish di Pabangbon adalah jam 11.00

Bagi kami berempat, bersepeda ke Pabangbon dengan kondisi jalur menanjak sebenarnya bisa dikatagorikan sebuah prestasi. Tidak semua pesepeda yang bisa dan mampu bersepeda ke Panorama Pabangbon tanpa mendorong. Hanya sebagian kecil saja yang memang secara fisik terlatih dan semi atlit, mampu sampai puncak tanpa turun dari sepeda, atau mendorong.

Jam 11.25, sampailah kami berempat di lokasi wisata Pabangbon, dengan demikian jarak 15 Km, kami tempuh dalam waktu 2 jam 25 menit, artinya kecepatan kami hanya 6-7 KPJ. 

Dilokasi wisata Panorama Pabangbon ini, kami istirahat dan makan siang, kemudian perjalanan akan kita lanjutkan ke Curug Love, yang berada di Kec. Leuwisadeng, 15 Km dari Pabangbon kea rah Pongkor, dan tak kalah serunya juga akan ditemukan 4 tanjakan lumayan kemiringannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naik Gunung Pilar Yang Kayak Punggung Naga Pakai Sepeda ( Bag.-2 Selesai )

" Dok.file Ngoper Pedal "  M elanjutkan ceita bersepeda naik ke Gunung Pilar sangatlah panjang, apabila dibuat berseri atau bebera...